
JEJAKKALTENG.COM, Sampit – Beberapa waktu lalu pihak Komisi III DPRD KOtawaringin Timur (Kotim), melakukan kunjungan atau kaji banding ke RSUD kota Palangka Raya, dalam rangka sharing dan diskusi tentang berbagai program kegiatan yang ada di sana.
“Dari hasil kajian kita, ada beberapa program yang sebenarnya bisa diterapkan di Kotim. Salah satunya adalah melalui pengelolaan dana BLUD di RSUD Kota Palangka Raya, dimana mereka mampu membiayai tenaga honor kesehatan yang ada di rumah sakit tersebut, yang jumlahnya sekitar 150 orang lebih, padahal RSUD Kota Palangka Raya Typologinya D,” ungkap Anggota Komisi III, Riskon Fabiansyah.
Ia menyebutkan, hal itu dimungkinkan karena adanya BLUD tersebut, pihak management rumah sakit diperbolehkan mengelola pendanaan tanpa harus menyetorkan ke kas daerah.
Bahkan, kata dia, sesuai informasi yang disampaikan direktur RSUD Kota Palangka Raya besaran dana BLUD yang mereka kelola di TA 2021 sebesar Rp 200 miliar dan di TA 2022 sebesar Rp 180 miliar.
“Beberapa hasil kaji banding kami ini, tentunya akan menjadi bahan untuk bisa kami sampaikan ke Pemkab kotawaringin Timur, melalui leading sektornya dinas kesehatan dan rumah sakit, agar ke depan bisa lebih berinovasi dan meningkatkan pengelolaan BLUD dimasing-masing fasilitas kesehatan yang ada di Kotim,” terang Riskon.
Sekaligus, timpal Politisi Partai Golkar tersebut, BLUD bisa menjadi solusi untuk mengakomodir kekurangan tenaga kesehatan, apalagi saat ini ada regulasi yang tidak membolehkan rekrutmen tenaga kontrak oleh Pemkab kotim.
“Ke depan, juga kita menginginkan agar Pemkab Kotim mencari peluang agar ada investor yang mau berinvestasi mendirikan rumah sakit swasta di daerah kita. Tujuannya selain sebagai pembanding pelayanan fasilitas kesehatan, juga berdirinya rumah sakit swasta akan menjadi daya tarik para dokter spesialis agar mau bertugas di daerah Kotim. Karena kami melihat potensi wilayah Kotim yang menjadi salah satu pintu masuk Kalimantan, akan menjadi nilai tambah ketika memiliki fasilitas rumah sakit daerah dan swasta yang memadai baik peralatan mau pun tenaga kesehatan. Sehingga Kotim, bisa menjadi barometer untuk rujukan fasilitas kesehatannya,” demikian Riskon.(JK)